Sabtu, 14 September 2013

CATATAN PEKAN KU KOTA (AKU PENCATAT, BUKANNYA PENYAIR)

Ketika menjenguk laman antik dan nostalgik mu,
aku mencari pesona kuntum-kuntum bunga waktu, 
yang tidak lagi dipeduli, 
terabai di birai jendela usia zaman, 
tidak terpandangkan.

Pekan ku Kota,
sirna pelangi milik kita telah lama hilang warna;
poi pokan naik basika, tongah haghi tongah paneh,
Mamak Ceylon Air Batu Campur dan anak gadis jelitanya entah di mana,
Razak Pelikat Penjual Kain, di mana kah anak cucunya? Sehebat konglomerat MYDIN kah perusahaan keturunannya? (Bekas tapak rumah kedainya didirikan balai polis),
A. Kadeer Mohideen pekedai runcit - telah tiada, lama sebelum sebaris kedai batu di jalan besar dibina,
Kedai Kopi Si Hailam - Melayu ketagihan kopi 'O' cicah kueh cakoi tanpa rasa was-was (Kedainya dijadikan rumah kediaman ,usang dan kusam), 
Yee Fatt Taylor - Perusahaannya merudum tetapi masih bertahan. Rumah kedainya seuzur dirinya. Namun, tiga orang anaknya berjaya di hantar ke universiti, termasuk seorang di Australia dengan biaya sendiri,
Bee Hin Taylor - Si tukang jahit yang kecundang. Kini membuka kedai runcit dan mengambil upah membaiki pakaian sebagai kerja sampingan,
Cina Kim Boon Kontraktor Kebun - Usianya melewati 100 tahun dan kaya raya,
Restoran Mamak Mee Rojak - Taukehnya lari ke Raub dan membuka restoran baharu di hadapan perhentian bas,
Tuan Posmen Majid  dan Wakil Pos Kota- The legend 'Wakil Pos Kota'  telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu,
Sawmill Yusuf Lal Khan - 'Coliseum' warga 'Kota' menonton Mark Lewin Si Penggusti 'Sleeper' 'berbunuhan' tidak lagi beroperasi,
Tukang Gunting Rambut Kandasamy - matinya tiada legasi, 
Pandai Besi Hj. Dolah Tanjung - semasa hayatnya, di usia lebih 100 tahun masih gagah mengayuh basikal- Akulah cicit yang mengagung 'hebatnya',
Tok Penghulu Bakar - dua orang cucunya menjadi menteri.

Pekan ku Kota, 
Kota metropolitan anak waris di dunia yang dahulu,
Kota sebermula anak watan menghafal sejarah adat berungkai, 
Kota melahir putera-putera terbilang, 
Kota semayam Induk segala Lela Maharaja, Datuk Bungkal; Namanya dilupakan, keturunannya dimuliakan,
Kota sepi di kaki gunung, 
Igau dan mimpi ku akrab bersama. 


6 ulasan:

  1. zaman dah berubah. kita juga dah berubah...

    izinkan masa depan mengambil tempatnya...

    BalasPadam
    Balasan
    1. Sdr IM,

      Kadang-kadang baik juga tidak berubah....

      Apalah ertinya perubahan jika milik orang;
      dari milik sendiri kepada bukan milik kita lagi.

      Nadanya retorik tetapi itulah yang kita alami.

      Padam
  2. salam
    banyak info yg saya perolehi disini...

    BalasPadam
    Balasan
    1. Terima kasih.

      Tempat jatuh lagi dikenang......inikan pula tempat bermain.

      Padam
  3. ujang kutik,

    Ya, seorang pencatat.
    ..layak nya. seorang penyair.. heheh.

    BalasPadam
    Balasan
    1. Sdr theolrascal,

      Kalaulah saya seorang penyair banyak yang terpendam, terbuku di hati dan yang didendam dapat dilepaskan dan orang tidak beberapa marah.

      He..he..

      Padam

" "Kalau hendak tahu dalamnya lubuk, TANYALAH pada memerang"."